PENERBIT IRFANI - Hari Bahasa Ibu Internasional (HBII) diperingati setiap tanggal 21 Februari. Peringatan pentingnya pelestarian bahasa ibu telah menjadi kesadaran di berbagai belahan dunia. Sebab, menurut data UNESCO, semakin hari semakin banyak bahasa ibu yang punah.
Indonesia merupakan negara yang di dalamnya terdiri atas suku bangsa yang beragam, sehingga memiliki banyak bahasa ibu. Namun, tantangan berat mengenai kepunahan bahasa ibu patut menjadi perhatian bersama.
CEO Penerbit Irfani, Ahmad Soleh, mengungkapkan bahwa pelestarian bahasa ibu atau biasa dikenal dengan bahasa daerah adalah hal yang penting dan perlu. "Bahasa itu cerminan penuturnya. Di Indonesia, sudah banyak bahasa ibu yang nol penuturnya, artinya bahasa itu punah," ungkapnya.
Studi yang dilakukan Badan Bahasa, kata dia, mencatat bahwa pada 2023 sebanyak 24 bahasa ibu di Indonesia tidak lagi memiliki penutur. "Bahasa diyakini sebagai bangunan peradaban. Jika bahasa itu punah, mungkin memang karena peradabannya perlahan mengalami kepunahan," katanya.
Kendati begitu, Soleh yang juga merupakan akademisi berlatar belakang pendidikan bahasa Indonesia ini tetap mendorong terciptanya kesadaran akan pentingnya melestarikan bahasa ibu.
"Apa yang dilakukan Badan Bahasa melalui studi dan pembinaan saya rasa penting untuk bersama-sama menjaga kekayaan budaya dan peradaban bangsa ini. Jangan sampai ini menjadi ancaman yang tidak terantisipasi," kata dia.
Mari peringati Hari Bahasa Ibu Internasional ini dengan sama-sama mendorong pelestarian bahasa ibu, minimal di kalangan kita sendiri.