PENERBIT IRFANI - Hasil riset Perpusnas dan PT Indekstat Konsultan Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan dalam kegemaran membaca masyarakat Indonesia pada 2024. Tingkat Gemar Membaca (TGM) naik dari 66,70 menjadi 72,44, sementara Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) mencapai 73,52, melampaui target nasional. Mayoritas provinsi memperoleh nilai TGM dan IPLM dalam kategori sedang.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Adin Bondar, menyebutkan bahwa pencapaian ini adalah hasil kerja keras berbagai pihak, termasuk Perpusnas RI, Dinas Perpustakaan, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya. Ia juga menyoroti program seperti Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), penyediaan bahan bacaan bermutu, Buku Siap Layan, Titik Baca, serta pembinaan tenaga perpustakaan sebagai intervensi kunci untuk meningkatkan literasi.
Menanggapi hal tersebut, Direktur penerbit Irfani sekaligus seorang penulis, Ahmad Soleh, mengapresiasi pencapaian ini namun mengingatkan agar tidak berpuas diri. “Jangan lengah, serangan video vertikal begitu menggila di kalangan anak-anak muda, kita rasakan sendiri,” ujarnya.
Menurutnya, menjadikan buku dan membaca sebagai kegemaran masih menghadapi tantangan besar.
Soleh juga menekankan pentingnya konsistensi untuk terus meningkatkan daya baca. Jika hasil riset tahun ini menunjukkan peningkatan, maka di masa depan harus ada kemajuan yang lebih besar. “Yang paling penting, apa dampak dari peningkatan itu terhadap kehidupan masyarakat nantinya, kita lihat saja,” tambahnya.
Kajian IPLM dilakukan dengan mengumpulkan data dari seluruh Dinas Perpustakaan Provinsi/Kabupaten/Kota, sementara survei TGM melibatkan 174.226 responden berusia 10-69 tahun melalui kuesioner online. Selain itu, Perpusnas dan Indekstat juga melakukan Kajian Perpustakaan Umum dan Sekolah (KPUS), yang mengevaluasi 3.060 unit perpustakaan umum dan sekolah di 38 provinsi dan 514 kabupaten/kota sesuai Standar Nasional Perpustakaan (SNP).
Peningkatan ini mencerminkan komitmen kuat berbagai pihak, namun tantangan untuk menjadikan membaca sebagai budaya masih menjadi pekerjaan besar ke depan.