NaR9Nax9LWVcLGx7LGB6LGJ4NTcsynIkynwdxn1c
Menulis Sebagai Sebuah Refleksi

Menulis Sebagai Sebuah Refleksi


PENERBIT IRFANI - Menulis Sebagai Sebuah Refleksi

Oleh: Ahmad Soleh

Kegiatan menulis bagi sebagian orang merupakan sebuah "healing". Mengapa begitu? Sebab menulis menjadi jalan membebaskan pikiran-pikiran dari keterbelengguan dan berbagai beban. Dengan menuangkannya dalam tulisan, seseorang dapat merasakan apa yang disebut "kebebasan berpendapat" yang begitu semu dan jemu dalam kehidupan tutur-kata verbal.

Kegiatan menulis jelas berbeda dengan komunikasi verbal yang dapat dilakukan secara langsung dengan menyajikan berbagai ekspresi. Menulis membutuhkan pemikiran yang dalam dan terukur. Kendati, dalam beberapa kesempatan, menulis juga sangat bisa dilakukan secara "sembarangan" dan tidak terstruktur, seperti artikel yang sedang kawan-kawan baca ini.

Dalam aktivitas menulis, kita dituntut untuk menuangkan kata-kata secara baik dan menaati kaidah agar pesan yang dituliskan sampai kepada pembaca secara utuh. Sangkil dan mangkus! Sebab, menulis dan juga membaca merupakan proses komunikasi atau "dialog dalam bentuk yang lain". Dalam pendapat berbagai ahli, membaca adalah proses menangkap ide dan gagasan. Jadi, dalam proses membaca itu ada pertukaran ide.

Sebagai sebuah refleksi, menulis dapat menjadi jalan bagi seseorang untuk merenungkan berbagai hal, baik soal dirinya maupun hal-hal yang ada di luar dirinya. Merenung tentu bukan pekerjaan mudah. Tidak semua orang mau dan mampu melakukan perenungan. Merenung adalah berusaha berpikir mendalam melibatkan segenap kemampuan nalar dan nuraninya untuk menguak suatu "fenomena" atau "wacana" secara radikal.

Tibalah kita di paragraf akhir, tetapi percayalah ini bukan bagian akhir dari sebuah perenungan. Menulis sebagai sebuah refleksi memungkinkan kita menjangkau hal yang subtil dan "jero". Dengan "kebebasan berpendapat" yang hakiki dan terlepas dari segala "sensor" diri, menulis akan menjadi proses yang begitu radikal dalam mengungkapkan sesuatu. Kita mungkin akan tersesat dalam kebingungan, tetapi itulah proses refleksi. Tidak melulu segala sesuatu mendapat jawaban pasti. Bisa jadi, "kemungkinan-kemungkinan" itulah jawaban terbaik.

Komentar

Formulir Pemesanan via Whatsapp