NaR9Nax9LWVcLGx7LGB6LGJ4NTcsynIkynwdxn1c
Kertas HVS versus Bookpaper, Kamu Tim Mana?

Kertas HVS versus Bookpaper, Kamu Tim Mana?


PENERBIT IRFANI - Kertas HVS versus Bookpaper, Kamu Tim Mana?

Oleh: Ahmad Soleh

Membaca buku fisik memberikan kenikmatan tersendiri. Entah mengapa, itulah yang aku rasakan. Seperti ada sensasi dan kemewahan yang terasa. Hal yang mungkin tak akan didapatkan ketika kita membaca buku elektronik (ebook) di layar gawai.

Membaca di gawai umumnya hanya tahan sepuluh sampai lima belas menit saja. Sebab, membaca sambil menatap layar itu bagi sebagian orang memberikan efek pusing dan tidak nyaman. Berbeda dengan melihat tontonan video atau media sosial yang bisa tahan berjam-jam. Kenapa bisa begitu, ya?

Dalam membaca buku fisik kita dihadapkan pada pilihan, antara buku dengan kertas HVS putih atau bookpaper (kertas kuning). Setidaknya kedua jenis kertas inilah yang sampai detik ini masih digunakan pada buku-buku yang kita temukan di toko-toko buku ternama. Keduanya memang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

HVS, misalnya, karena warnanya yang putih, ia akan sangat bagus untuk mencetak gambar atau teks berwarna. Buku-buku terbitan Gema Insani Press banyak menggunakan kertas HVS. Seperti kubilang tadi, buku-buku Gema Insani banyak yang dicetak dengan warna-warni dan gambar-gambar pendukung yang menarik. Salah satunya ialah buku Pertanyaan anak Seputar Keimanan yang sempat kubaca beberapa waktu belakangan.

Menurutku, untuk penggunaan pada buku semacam itu cukup efektif. Karena kertas HVS amat mendukung warna-warni muncul dengan maksimal. Apalagi, bila cetakannya bagus, jernih, dan bersih. Buku akan enak sekali dibaca. Akan tetapi, beda halnya dengan buku-buku yang dicetak hitam putih.

Entah kenapa, buku HVS yang dicetak hitam putih kurang menarik bagiku. Mungkin ini soal selera saja. Tetapi, aku punya alasan. Beberapa buku HVS dengan cetakan hitam putih yang pernah kubaca, terasa seperti buku fotokopian. Ini membuat mataku tak nyaman. Apalagi, saat hasil cetaknya buram, atau dipenuhi bercak-bercak tinta yang bocor. Menyebalkan sekali membaca buku semacam itu. Meskipun ori, tetapi kualitasnya sama seperti buku KW.

Bagiku, buku dengan kertas HVS memang harus memperhatikan betul isi atau konten di dalamnya. Di sisi teknis, juga mesti diperhatikan sekali kualitas cetaknya. Sehingga hasilnya bisa bagus dan sedap di mata.

Selain buku terbitan Gema Insani, aku jarang melihat buku dengan kertas HVS. Tampaknya penerbit-penerbit kiwari lebih nyaman menggunakan kertas kuning alias bookpaper. Sesuai namanya, bookpaper memang tampaknya kertas yang sengaja tercipta dan hadir untuk menjadi buku. Bukan yang lain.

Bookpaper menurutku memang paling pas untuk mencetak buku. Selain bisa digunakan untuk cetakan hitam putih dan berwarna, bookpaper juga lebih nyaman di mata. Membacanya dalam waktu lama pun tak cepat membuat pusing. Meskipun, jika membaca tulisan-tulisan berat, ya tetap pusing juga.

Ya, secara kenyamanan baca, kertas jenis ini lebih nyaman untuk dipandang berlama-lama. Selain itu, bobot bookpaper jauh lebih ringan dibandingkan HVS. Jadi, pas sekali untuk orang yang suka ke mana-mana membawa buku. Meskipun warnanya kuning, banyak buku dengan bookpaper dicetak dengan warna bahkan bergambar. Menurutku ini salah satu kelebihan yang paling penting.

Meskipun begitu, bookpaper juga punya kelemahan. Ia sangat mudah dihinggapi jamur. Sehingga bila kondisi lembap atau terlalu lama ditumpuk, akan timbul bercak-bercak kecoklatan pada bagian tertentu. Tetapi ini sebetulnya bisa dihindari dengan ketelatenan merawat dan menyimpan buku yang baik. Misalnya dengan membungkus plastik bening ketika buku disimpan, atau menyimpan buku di tempat yang tidak lembap.

Baik HVS maupun bookpaper mungkin punya kesan tersendiri bagi setiap pembaca. Pengalaman dan perasaan yang berbeda mungkin saja ada. Mungkin ada yang lebih nyaman membaca di kertas putih. Bisa juga sebaliknya, lebih nyaman membaca di kertas bookpaper. Kamu tim yang mana?

Dalam suatu perbincangan dengan pegiat perbukuan di Jogja, aku mendapat penjelasan menarik soal ini. Bahwa pemilihan kertas untuk buku, bagaimanapun bergantung kebutuhan penulis. Jika buku yang ia tulis lebih hidup dengan HVS, mengapa tidak? Begitu pun sebaliknya, bila buku itu lebih menarik dan menjual dengan bookpaper, mengapa tidak?

Komentar

Formulir Pemesanan via Whatsapp