Peringatan Harbuknas dicanangkan untuk menggenjot minat baca, tulis, dan tradisi literasi yang baik di kalangan masyarakat Indonesia. Di Indonesia, minat membaca memang rendah. Namun, ghirah untuk menulis, utamanya selama pandemi ini, dirasa begitu tinggi. Sehingga, para pengamat (meskipun belum ada datanya) menilai hal ini membuat merosotnya kualitas karya tulis yang terbit belakangan ini.
IKUTI KELAS MENULIS IRFANI
Selain itu, persoalan pembajakan buku juga begitu marak. Buku-buku murah di lapak daring dengan label KW, repro, dan sebagainya dijual bebas. Setidaknya sampai saat ini belum ada tindakan tegas buat para pembajak itu. Ini jelas merugikan banyak pihak, termasuk konsumen. Konsumen/pembaca mungkin dapat harga murah, tapi kualitas bukunya jauh dari standar, tidak nyaman dibaca, bahkan tidak nyaman dipajang.
Nah, di momen ini, mari kita ciptakan tradisi literasi yang baik. Beli buku-buku asli. Bila belum mampu karena mahal, bisa menggunakan aplikasi iPusnas dan pinjam di sana. Atau, penuhilah lagi kursi di perpus-perpus terdekat. Gratis dan tidak merugikan siapa pun. Jangan takut dibilang kuno atau ketinggalan zaman, membaca buku di perpus atau di manapun itu sangat baik, positif dan produktif.
Dan untuk para penulis, mari kita ciptakan karya-karya yang bermutu. Kendati belum mampu masuk penerbit mayor dan belum best-seller, kualitas karya yang baik akan jadi jejak yang baik untuk kita.
Kesadaran akan karya bermutu dan berkualitas sangat penting untuk saat ini. Di mana jagat informasi kian ramai, perang gagasan semakin terbuka, tetapi di sanalah ruang untuk para penulis menghadirkan bacaan yang dapat menggugah kesadaran dan memajukan kehidupan masyarakat.
Selamat Hari Buku Nasional
"Dengan membaca kita berdaya
Dengan menulis kita berjaya!"
17 Mei 2022