NaR9Nax9LWVcLGx7LGB6LGJ4NTcsynIkynwdxn1c
Perbedaan Penerbit Mayor dan Minor yang Perlu Kamu Tahu

Perbedaan Penerbit Mayor dan Minor yang Perlu Kamu Tahu


 

IRFANIBUKU.COM – Kamu seorang penulis yang bingung di mana akan menerbitkan buku? Di era sekarang ini, kamu dapat menerbitkan buku lebih mudah. Bayangkan saja, dulu orang harus melalui proses yang sangat rumit dan persaingan yang sangat ketat untuk bisa menerbitkan buku di penerbit yang jumlahnya hanya beberapa saja.

Sekarang bukan lagi hal sulit menerbitkan buku. Bila tidak di penerbit mayor, mengapa tidak lewat penerbit minor alias jalur indie? Penerbit indie kebanyakan akan menerima naskah kita tanpa seleksi. Meskipun ada juga yang menerapkan kriteria-kriteria tertentu, bahkan seleksi naskah. Sehingga, penerbitan buku di jalur indie juga lebih mudah. Selain itu, kita juga bisa dengan mudah menemukan info penerbit indie di media sosial atau laman pencarian Google.

Dengan kemudahan akses penerbitan buku, makin banyak pula penulis baru yang lahir dan berhasil menerbitkan dan memasarkan karyanya secara mandiri. Tidak sedikit juga yang akhirnya karyanya meledak, viral, dan laku di pasaran. Baik di penerbit mayor maupun minor, sebetulnya sama saja. Apa yang membedakannya? Nah, mari kita bahas mendasar antara perbedaan penerbit mayor dan penerbit minor.

Penerbit Mayor


Sesuai dengan namanya, mayor artinya besar. Penerbit mayor tentu saja merujuk pada penerbit besar karena memiliki kesiapan modal usaha yang tidak tanggung-tanggung. Penerbit mayor juga lebih dikenal masyarakat karena sudah memiliki sepak terjang dalam menerbitkan buku-buku skala besar juga didukung perangkat promosi hingga toko buku besar. Penerbit mayor yang dikenal selama ini seperti Gramedia, Republika, Mizan, Bentang, Kompas, dan masih banyak lagi. Tentu saja, nama-nama penerbit tersebut sudah tidak asing lagi, bukan?

Penerbit mayor biasanya juga memiliki tim yang bekerja di dalamnya seperti editor, layouter, hingga yang menangani distribusi buku. Di samping itu penerbit mayor juga memiliki pasar yang lebih luas dan jejaring toko-toko buku yang tersebar di berbagai tempat. Banyak juga di antaranya yang telah menjalin kerja sama dengan penerbit asing untuk keperluan penerjemahan dan penerbitan naskah buku.

Untuk memproduksi buku, penerbit mayor umumnya menggunakan sistem konvensional. Penerbit mayor pasti menyeleksi setiap naskah yang masuk secara ketat. Jika kamu penulis yang sudah cukup terkenal atau seorang figur publik atau pemilik akun media sosial yang memiliki banyak pengikut, menembus penerbit mayor akan lebih mudah. Sistem seleksi ini tentu sangat menantang bagi penulis pemula. Dalam proses ini, penulis harus menunggu review dari editor selama bebulan-bulan dan itu pun belum tentu naskahnya diterima.

Dengan modal pembiayaan yang besar, tentu saja penerbit mayor tidak menerima uang dari penulis. Sebaliknya, mereka akan mengadakan perjanjian dan memberi royalti kepada penulis jika naskahnya masuk kriteria. Penerbit akan menanggung semua biaya penerbitan dan penulis mendapat royalti sesuai dengan jumlah buku yang laku. Namun, ada juga beberapa penerbit mayor yang membuka jalur penerbitan mandiri atau self publishing dengan ketentuan tertentu. Dengan sistem penerimaan naskah mirip penerbit indie dan penjualan secara preorder atau print on demand (cetak sesuai kebutuhan/permintaan).

Dapat menerbitkan karya di penerbit mayor adalah suatu kebanggan bagi setiap penulis, apalagi penulis baru. Meski begitu, kamu berhak memilih mau menerbitkan karyamu di mana. Saat naskah ditolak oleh penerbit mayor, pilihannya kamu mengirim ke penerbit mayor lainnya atau menerbitkan lewat jalur indie.

Mau ikut Kelas Menulis Irfani? Klik di sini  


Penerbit Minor


Penerbit minor atau penerbit indie (indepnden), sesuai dengan namanya merupakan penerbit yang tidak begitu besar dan dapat dimiiki oleh perseorangan. Biasanya perusahaan berbentuk CV. Penerbit minor cenderung belum memiliki modal besar. Penerbit indie juga tidak memberlakukan seleksi naskah, meskipun ada beberapa penerbit indie yang sudah besar atau memiliki ketentuan tertentu hanya menerima naskah-naskah tertentu saja.

Penerbitan lewat jalur mandiri atau indie pembiayaannya dibebankan kepada penulis. Mulai dari biaya editing, desain, layout, hingga cetak. Meski demikian, ada juga yang menerapkan sistem 50:50, yakni pembiayaan ditanggung penulis dan penerbit dengan royalti antara 10-15 persen dari penjualan buku. Ada juga penerbit indie yang menerapkan sistem royalti penuh, yakni pembiayaan penuh ditanggung penerbit selayaknya penerbit mayor. Sementara untuk sistem penjualan, umumnya menggunakan sistem preorder atau print on demand.

Seperti penerbit pada umumnya, penerbit indie juga memilki tim layouter, desainer, editor, dan proofreader. Bahkan, ada juga yang memiliki tim promosi yang akan memberikan layanan promosi dan penjualan buku via daring secara cuma-cuma. Fasilitas dan kualitas produknya pun cukup bersaing. Sebab, untuk percetakan berkualitas saat ini sudah begitu menjamur dan harga yang ditawarkan pun begitu terjangkau.

Meskipun tergolong kecil, setiap buku ber-ISBN yang diterbitkan di penerbit indie akan terdata di Perpusnas RI. Karena setiap bukunya akan diarsipkan sebanyak dua eksemplar di Perpusnas RI yang terletak di Salemba, Jakarta Pusat. Aturan ini juga berlaku untuk penerbit mayor, di mana setiap karya ber-ISBN wajib menyerahkan arsip ke Perpusnas dan perpusda.

Setiap penerbit indie memiliki peraturan, fasilitas, layanan, dan ketentuan penerbitan yang berbeda. Apalagi dalam hal pembiayaan. Saat ini begitu banyak penerbit yang menyediakan harga murah. Namun, kadang tidak menghiraukan kualitasnya. Nah, untuk kamu yang meu menerbitkan buku di Penerbit Irfani, selain biayanya terjangkau kamu juga akan mendapat beberapa layanan yang dapat membantu pemasaran bukumu. Misalnya, desain poster penjualan, postingan di medsos, website, dan penayangan ulasan di beberapa kanal media massa.

Bicara soal keuntungan, menerbitkan buku via indie sebetulnya lebih menguntungkan bagi penulis. Apalagi, jika kamu memiliki jaringan pertemanan luas dan bekerja sama dengan berbagai komunitas, keuntungan yang didapat begitu besar dan menggiurkan. Sebab, keuntungan penjualan buku indie 100 persen masuk ke kantong penulis. Selain itu, menerbitkan secara indie menjadi salah satu cara agar kamu lebih dikenal masyarakat luas seperti banyak penulis beken yang mengawali penerbitan karyanya secara indie, contohnya Dee Lestari, Asma Nadia, dan Fiersa Besari.

Intinya, menerbitkan buku secara indie maupun lewat penerbit mayor sama-sama menguntungkan, bergantung kualitas karya dan seberapa besar usaha kamu sebagai penulis untuk memunculkan karyamu ke khalayak. Percayalah karya yang baik akan memberikan jejak yang baik buatmu dan akan diterima dengan baik. Yuk, berkarya lagi!

Komentar

Formulir Pemesanan via Whatsapp