IRFANIBUKU.COM – Halo sahabat Irfani! Dalam seluk beluk dunia penerbitan buku, kita mengenal dua istilah yang begitu familiar, yaitu istilah self-publishing atau penerbitan mandiri dan penerbitan indie. Siapa nih di antara kawan-kawan yang masih bingung dalam membedakan penerbit indie dengan self-publishing? Nah, buat menjawab kebingungan itu, kali ini Irfani bakal memberikan penjelasan yang ringkas, singkat, padat, jelas. Oke, tak perlu banyak bertele-tele, segera kita ulas!
Persamaan Penerbit Indie dan Self-Publishing
Kamu pasti sudah banyak mencari tahu tentang penerbitan mayor dan minor, indie dan self-publish. Nah, kali ini kita akan ngebahas persamaan antara penerbit indie dan self-publishing, yang sebetulnya tidak terlalu sulit buat dipahami (gak sesulit memahami si doi, eeea). Karena keduanya memang punya pola dan sistem kerja yang agak mirip. Supaya lebih mudahnya, Irfani bakal kasih penjelasan dalam beberapa poin berikut: (Perhatiin dan catet ya!)
1. Butuh Modal Finansial
Persamaan yang pertama, penerbit indie dan self-publishing sama-sama membutuhkan modal finansial dari si penulis. Ya, jadi penulis nggak cuma ngirim naskah ke penerbit. Pembiayaan proses penerbitan juga mesti dipikirkan. Karena sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Meskipun begitu, ada juga penerbit indie yang ngasih opsi untuk subsidi pembiayaan, biasanya dalam bentuk gratis biaya penerbitan atau diskon biaya cetak. Atau dalam skema penjualan buku POD (print on demand) alias cetak sesuai dengan kebutuhan. Jadi, bukumu akan dicetak ketika ada yang memesannya. Jadi, layaknya berbisnis, menerbitkan karya juga butuh modal akal (gagasan dan imajinasi) dan modal finansial. Ya, punya naskah saja tidak cukup! Tapi jangan terlalu dirisaukan, karena sekarang banyak penerbit yang bisa memberikan layanan penerbitan dengan biaya yang suangaaat terjangkau, salah satunya Penerbit Irfani, hehee.
2. Editing dan Pracetak
Persamaan antara penerbit indie dan self-publishing yang kedua yaitu dalam tahap editing dan pracetaknya. Penerbit indie ataupun self-publishing sama-sama melalui proses editing yang dalam praktiknya, quality control-nya ada di tangan penulis. Malah, buat kamu yang mau menerbitkan di penerbit indie maupun self-publishing, disarankan supaya melakukan self-editing terlebih dulu terhadap naskahmu. Karena biasanya, layanan editing di penerbit indie berbayar. Tentu jauh lebih hemat kalau kamu bisa handle sendiri urusan edit mengeditnya, bukan? Di sisi lain, editing di penerbit indie biasanya hanya berkutat pada urusan teknis, bukan substansi tulisan. Jadi biar bukumu terbit dengan sempurna seperti lagu Andra and The Backbone, tentu kamu harus totalitas mengawal proses editing naskahnya. Yok bisa yok!
3. Penjualan Buku Dilakukan oleh Penulis
Persamaan ketiga, penerbit indie dan self-publishing, dalam hal pemasaran (marketing) juga masih bertumpu ke penulisnya. Biasanya penerbit Indie memberikan ruang promosi di media sosial, tetapi ada juga yang sama sekali tidak mau mempromosikan buku yang diterbitkan. Nah, karena bertumpu kepada penulis, kamu mesti semangat buat nawarin dan promosiin buku ke semua kontak yang kamu punya, juga di medsosmu jangan sampai lupa. Khusus di Penerbit Irfani, kamu bisa dapat fasilitas promosi gratis di medsos, official website, bahkan resensi atau ulasan bukumu bisa tayang di media massa daring maupun cetak (khusus yang ini untuk naskah-naskah tertentu, ya! Hehee). Yuk, kepoin Penerbit Irfani.
4. Soal Setok Buku
Persamaan yang keempat, yaitu soal setok buku. Ketika kamu menerbitkan dan mencetak buku, tentu pengin banget kan punya setok, jadi pas ada yang beli, bisa langsung dikirim lalu si abang kurir teriak “Pakeeet!” di depan rumah pembaca bukumu. Nah, buat urusan setok-menyetok ini antara penerbit indie dan self-publish punya kesamaan, yakni setok buku semua ada di tangan penulis. Jadi, kalau di awal kamu cetak buku 100 eksemplar, semua buku itu bakal dikirim ke tangan kamu. Jadi, kamu sendiri yang memanaje setok dan penjualannya. Meskipun begitu, ada juga penerbit indie (terutama penerbit indie yang sudah besar) yang bisa kerja sama dalam urusan stok dan penjualan, tentu saja kalau sudah kerja sama begini jatah keuntunganmu bakal dibagi untuk biaya operasional marketing si penerbit.
Perbedaan Penerbit Indie dengan Self-Publishing
Kalau di atas kita sudah bahas santai soal persamaannya, bukan berarti keduanya nggak ada perbedaannya. Untuk itu, biar kamu lebih menyelami dunia penerbitan, Irfani juga bakal berbagi informasi terkait perbedaan antara penerbit indie dan self-publishing. Yang ini mungkin paling mudah untuk diingat. Karena pada dasarnya penerbitan lewat jalur penerbit indie dan penerbitan dengan self-publishing atau penerbitan mandiri itu berbeda secara teknis.
1. Self-Publishing tidak Selalu Butuh Bantuan Penerbit
Ya, dalam proses penerbitan buku secara self-publishing, kita nggak harus lewat penerbit. Maksudnya gimana? Jadi, self-publishing secara harfiah artinya memublikasikan buku kita secara langsung oleh penerbit. Segala sesuatu yang berkaitan dengan buku ditangani langsung oleh penulis. Mulai dari editing, desain cover, layout, hingga proses jualan bukunya. Jadi, keberadaan penerbit tidak terlalu dibutuhkan. Namun, tentu kelemahannya kita tidak bisa mengajukan ISBN, yang artinya buku yang kita terbitin secara benar-benar self-publishing, biasanya tidak punya ISBN (international standard book number). Eits, tapi jangan dulu merasa waswas, sebab self-publishing juga bisa lewat penerbit. Ada juga penerbit yang hanya menyediakan jasa untuk pengajuan ISBN saja. Nah, peran penerbit di sini hanya sebagai medium supaya buku yang kita tulis bisa dapat ISBN. Bedanya, kalau di penerbitan indie, jelas kamu butuh bantuan penerbit untuk berbagai hal, teknis maupun nonteknisnya.
2. Proses Pracetak dan Pascacetak Buku
Oke, beranjak ke perbedaan yang kedua. Kalau proses pracetak seperti editing, layout, desain cover, sampai ke pascacetak seperti promosi dan penjualan di self-publishing hanya dihandle oleh penulis seorang, berbeda halnya dengan bila kamu lewat penerbit indie. Karena kalau lewat penerbit indie, kamu bisa menikmati layanan editing, layout, dan desain yang tentunya dengan membayar besaran biaya tertentu. Nah, untuk fasilitas ini di Irfani sudah include ke dalam paket penerbitan. Selain itu, dengan menerbitkan karya lewat penerbit indie juga kamu bekerja sama untuk mempromosikan penjualan bukumu sehingga pasar yang disasar pun bisa lebih luas lagi jangkauannya. Tentu, siapa sih yang nggak mau bukunya laris manis tanjung kimpul? Setok buku habis, royaltinya ngumpul. Kalau sudah ngumpul kan bisa buat liburan atau modal berkarya lagi, yaaa… hehee.
3. Menjual Karyamu di Toko Buku
Hmmm, kalau yang ini pasti semua penulis pengin ya. Eits, tapi kalau kamu menerbitkan buku secara self-publishing kamu akan kesulitan untuk menjual buku di toko-toko buku. Kenapa? Karena toko buku biasanya mau menjual buku dalam jumlah banyak. Selain itu, buku yang dijual pun tidak bisa sembarangan, mesti buku yang memiliki target pasar yang jelas. Kecuali kamu punya rekanan yang jualan buku di toko-toko online, itu bisa ditempuh dengan sistem bagi hasil. Nah, kalau kamu menerbitkan buku di penerbit indie, buku kamu bisa lebih mudah untuk majang di toko buku. Meskipun gak bisa dikatakan sepenuhnya mudah. Tetap ada syarat-syarat tertentu yang mesti dipenuhi (penasaran apa saja syarat dan ketentuannya? Bagian ini bakal dibahas di artikel selanjutnya ya). Nah, beruntung kalau kamu pilih penerbit indie yang sudah punya toko buku sendiri. Minimal, dengan begitu bukumu otomatis bakal majang di toko buku penerbit.
***
Terima kasih buat kamu yang masih membaca sampai paragraf yang terakhir ini. Intinya, pilihan untuk berkarya dan menerbitkan buku, baik secara self-publishing ataupun lewat penerbit indie, tentu merupakan sesuatu yang baik. Sebab, buku (karya) yang baik adalah karya yang diterbitkan. Apa yang dipaparkan di atas adalah pengetahuan mendasar yang perlu kita sadari ketika hendak memublikasikan karya. Tentu, dunia kepenulisan tidak selama-lamanya mulus seperti jalan tol baru dicor. Semua akan ada masanya. Sebab itulah penting banget buat kita yang masih baru memulai mau berkarya untuk mengetahui seluk beluk dunia penerbitan, medan perang yang akan sama-sama kita lalui. Yok semangat berkya, yok!
*Konten ini dibuat oleh tim kreatif Penerbit Irfani